7 research outputs found

    Pengaruh Resolusi Spasial Citra terhadap Hasil Pemetaan Kandungan Hara Nitrogen Perkebunan Karet

    Full text link
    Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara nitrogen akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan penurunan produktivitas tanaman. Penerapan sistem pertanian presisi pada kegiatan pemupukan di perkebunan karet dilakukan dengan cara dosis pemupukan dibuat berdasarkan kandungan hara tanah dan kandungan hara pada tanaman. Pada areal yang luas membutuhkan biaya analisa hara tanaman yang cukup mahal. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu teknologi yang dapat mengestimasi kondisi hara tanaman dengan cepat dan biaya yang murah. Teknologi penginderaan jauh merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk areal yang luas dan dengan waktu yang cepat serta biaya yang relatif murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resolusi spasial citra terhadap peta hasil estimasi kandungan nitrogen perkebunan karet. Citra multi resolusi yang digunakan antara lain GeoEye-1 (2 m) Sentinel-2A (10 dan 20 m) dan Landsat 8 OLI (30 m). Metode yang digunakan adalah membangun hubungan semi-empiris antara band tunggal dan indeks vegetasi citra dengan kandungan hara nitrogen perkebunan karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peta hasil estimasi kandungan hara nitrogen perkebunan karet menggunakan citra Sentinel-2A (SE 0,369) memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan citra GeoEye-1 (SE 0,519) dan Landsat 8 OLI (SE 0,462)

    Uji Adaptasi Beberapa Klon Karet pada Elevasi Tinggi

    Full text link
    Lahan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman karet semakin terbatas sehingga banyak petani dan Perusahaan mencari lahan pengembangan karet di daerah non tradisional seperti lahan pada > 500 m di atas permukaan laut (mdpl). Penelitian dilakukan di Kabupaten Muara Enim pada elevasi 760 mdpl. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan produksi beberapa klon karet pada elevasi tinggi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan klon sebagai perlakuan dan diulang sebanyak empat kali. Klon yang diuji adalah PB 260, RRIC 100, BPM 24, GT 1 dan IRR 39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet pada elevasi tinggi dengan perawatan sesuai anjuran akan mampu matang sadap pada umur lima tahun. Pertumbuhan klon karet paling cepat pada elevasi tinggi 760 m dpl secara berurutan adalah IRR 39, RRIC 100, PB 260, BPM 24 dan GT 1, sedangkan produksi paling tinggi adalah PB 260, RRIC 100, BPM 24, GT 1 dan IRR 39

    Pertumbuhan Dua Klon Karet Asal Bibit Okulasi Di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Growth Performance of Two Rubber Budding Clones in Banyuasin District, South Sumatera Province)

    Full text link
    Klon tanaman karet memiliki daya adaptasi yang berbeda-beda, sehingga tidak ada klon karet yang unggul di semua lokasi penanaman. Oleh karena itu karakteristik agroklimat pada areal penanaman tanaman karet diperlukan untuk menentukan kelas kesesuaian lahannya sebelum penanaman karet secara luas dilaksanakan. Penelitian bertujuan untuk menguji pertumbuhan kombinasi klon (IRR 112 dan IRR 118) dan jumlah payung daun bibit karet (payung dua dan payung tiga) selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM). Penanaman dilakukan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Penentuan kelas kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan data tanah dan data iklim. Pertumbuhan klon diamati berdasarkan pengukuran lilit batang pada 500 pohon sampling untuk setiap kombinasi klon-jumlah payung. Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap tahun sampai dengan umur lima tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit karet klon IRR 112 dengan jumlah payung tiga merupakan bibit karet yang terbaik dan pada umur lima tahun telah menghasilkan 81% batang matang sadap. Bibit karet tersebut dianjurkan ditanam pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan sesuai (S2) di dataran rendah pada jenis tanah Ultisol
    corecore